Senin, 17 Februari 2014

Riwayat yang Kudus

Membangun Ketekunan sebagai Disiplin Rohani


Sangat sulit untuk sepenuhnya setia terhadap sesuatu, terhadap gagasan, dan lebih-lebih lagi terhadap orang yang dicintai.  Tidak ada kesetiaan yang sempurna, begitu pula dengan cinta yang sempurna atau kecantikan yang sempurna.  Tetapi, bagus juga untuk mencobanya.
- Katherine Anne Porter

Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
- 2 Tesalonika 3:5

Hubungan pernikahan memungkinkan kita merasakan apa yang terjadi dalam hubungan antara Tuhan dan bangsa Israel.

Hari ini Anda dapat mengukur kualitas pernikahan dengan kesetiaan atau ketekunan - upaya memelihara sebuah hubungan jangka panjang.

Sebuah perjalanan yang tidak pernah benar-benar berakhir, namun diperlukan setidaknya sepuluh tahun agar keintiman itu benar-benar terwujud dalam sebuah hubungan pernikahan.

Kita hidup di tengah masyarakat yang mudah menyerah.

Tidak mungkin kita termotivasi untuk bertekun kecuali kita yakin betul keabadian memang ada.

Hidup kudus yang akan mendapat upah di surga adalah yang dijalani secara tekun.

Saya harap pria, khususnya, dapat mengerti bahaya yang terkandung dalam perceraian.

Salah satu bahaya merusak riwayat pernikahan (dengan perceraian) adalah bahwa kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Ketika Anda menceraikan pasangan Anda, Anda tidak tahu apa yang akan terjadi padanya di kemudian hari.

Jika Anda tidak percaya dengan adanya surga, perceraian terdengar lebih masuk akal.

Mengambil jalan pintas untuk bercerai mungkin bisa memberikan kebahagiaan, tetapi tidak bisa memberikan kedewasaan rohani.

Itulah keindahan dari melakukan sesuatu dengan cara Tuhan.  Meski kita dilukai oleh dosa orang lain terhadap kita, dengan anugerah Tuhan kita bisa bertumbuh melalui pengalaman tersebut.

Jika kita serius dengan keinginan untuk bertumbuh secara rohani melalui pernikahan, kita harus menahan diri dari menanyakan pertanyaan yang berbahaya secara rohani, "Apakah aku menikah dengan orang yang 'tepat'?"

- Gary Thomas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar