Sabtu, 15 Februari 2014

Belajar Mencintai

Bagaimana Pernikahan Mengajarkan Kita untuk Mencintai

Pernikahan menuntut komitmen yang radikal untuk mencintai pasangan kita sebagaimana adanya ia, seraya terus mengharapkan mereka bertumbuh dan mencapai apa yang sekarang belum mereka capai.
Setiap pernikahan dapat membuat suami dan istri saling mengasah untuk menjadi lebih baik atau membuat keduanya justru menjadi lebih buruk.
- Dan Allender dan Trempet Longman III

Jika Anda memperlakukan seorang pria sebagaimana adanya ia, ia akan tetap menjadi pribadi yang demikian.  Tetapi jika Anda memperlakukannya seolah-olah ia telah menjadi sosok pria yang ideal, ia akan menjadi seorang yang lebih hebat dan lebih baik.
- Johan Wolfgang von Goethe

Pernikahan menciptakan situasi di mana cinta mengalami ujian terberat.  Cinta orang kristiani haruslah dikejar, dicita-citakan, dan dipraktikkan.  Seorang pria yang berkata "Aku tidak pernah mencintaimu," sebenarnya adalah seorang pria yang pada dasarnya mengatakan, "Aku tidak pernah bertindak sebagai seorang kristiani."

Mudah bagi kita mencintai Tuhan, sebab Tuhan tidak bau.  Tuhan tidak punya bau mulut yang tidak sedap. Tuhan tidak membalas kebaikan dengan kejahatan.

Sesuatu yang sangat dirindukan, tapi tidak didapatkan oleh kebanyakan orang adalah sebuah persahabatan sejati, sebuah kebersamaan yang menyentuh relung jiwa.

Keindahan kekristenan ada dalam pembelajaran untuk mencintai, dan sangat sedikit situasi hidup yang dapat secara radikal menguji hal tersebut sebaik pernikahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar