Pengamatan: Mengamati kebenaran dengan menemukan fakta-fakta dan informasi berdasarkan ayat-ayat Alkitab
Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah (ay.12). Bait Suci adalah rumah doa, tetapi otoritas di Bait Suci telah menjadikannya sarang penyamun (ay.13, bandingkan dengan Yesaya 56:7; Yeremia 7:11).
Setelah Yesus menyucikan Bait Allah, orang-orang buta dan orang-orang timpang datang kepada Yesus di Bait Allah dan mereka disembuhkan (ay.14). Aneh tapi nyata, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat tidak suka melihat Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, mereka tidak suka melihat anak-anak memuji Tuhan (ay.15-16).
Yesus meninggalkan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat (ay.17).
Pemahaman: Memahami kebenaran berdasarkan fakta-fakta yang telah diperoleh dari dalam Alkitab
Tujuan Yesus memasuki kota Yerusalem adalah untuk masuk ke dalam Bait Allah (ay.12). Tindakan Yesus mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah menunjukkan bahwa Ia tidak berkenan dengan adanya kegiatan jual beli di halaman Bait Allah (ay.12).
Bait Allah yang di Yerusalem telah mengalami pergeseran fungsi (ay.13). Seharusnya Bait Allah adalah rumah doa, rumah kesukaan bagi segala bangsa (Yesaya 56:7). Praktek jual beli yang terjadi di Bait Allah menunjukkan bahwa orientasi ibadah tidak lagi berfokus pada Tuhan dan firman-Nya. Keadaan yang memprihatinkan tersebut membuat Bait Allah tidak ubahnya seperti sarang penyamun (Yeremia 7:9-11).
Kehadiran Yesus di Bait Allah menjadikannya bait kesembuhan/pemulihan, bait mujizat dan bait pujian (ay.14-15).
Roh agamawi dan orang-orang yang dipengaruhinya adalah penghambat/penghalang bagi pekerjaan Tuhan. Orang-orang semacam itu bukanlah orang yang tepat untuk dijadikan sebagai tim dalam melayani Tuhan (ay.15-17).
Penerapan: Menerapkan kebenaran dalam praktek hidup sehari-hari berdasarkan pemahaman yang telah diperoleh
Bait Allah adalah orang-orang beriman yang telah diselamatkan (1 Korintus 6:19; Ibrani 3:6), karena itu sebagai orang-orang beriman yang telah diselamatkan, kita harus memperhatikan praktek dan motivasi ibadah kita. Apakah yang menjadi tujuan ibadah kita? Siapakah yang kita sembah dalam peribadatan kita?
Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1-2).
Kita harus mewaspadai roh agamawi yang menganggap agama dan peribadatan hanya sebagai ritual atau tradisi tanpa mau mentaati firman Tuhan (Markus 7:6-9).
Mari kita undang Tuhan Yesus masuk ke dalam hidup kita, masuk ke dalam rumah tangga kita, masuk ke dalam komunitas kita (Wahyu 3:20). Sebab di mana ada Tuhan Yesus, di situ ada kesembuhan/pemulihan, ada mujizat dan ada puji-pujian bagi Allah.