Pengamatan: Mengamati kebenaran dengan menemukan fakta dan informasi berdasarkan ayat Alkitab
"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini" (ay.28). Tuhan Yesus ingin minta pendapat/ingin tahu bagaimana pendapat imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi (ay.23, band. ay.31). Tuhan Yesus memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyatakan pendapat.
Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: "Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur." Jawab anak itu: "Baik, bapa." Tetapi ia tidak pergi (ay.28-29). Jika kita perhatikan, anak sulung mulutnya mengatakan "ya", tetapi perbuatannya berkata lain. Jelas bagi kita bahwa ketaatannya hanya sebatas ucapan bibir. Apa yang diucapkan, berbeda dengan apa yang diperbuat.
Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: "Aku tidak mau." Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga (ay.30). Berbeda dengan yang pertama, anak kedua ini awalnya berontak (tidak taat), tetapi kemudian ia menyesal (dalam terjemahan versi King James repented, yang berarti bertobat).
Kemudian Tuhan Yesus bertanya kepada imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi: "Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir" (ay.31a). Dalam hal ini tampak bahwa imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi masih bisa menilai dengan benar. Meresponi jawaban mereka, Tuhan Yesus lanjut berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah" (ay.31b). "Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya" (ay.32).
Pemahaman: Memahami kebenaran berdasarkan fakta yang telah diperoleh dari dalam Alkitab
Tuhan Yesus menggunakan sosok anak sulung sebagai analogi bagi imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang di mulut sepertinya taat pada Bapa (Tuhan), namun kenyataannya perbuatan mereka tidak sejalan dengan perkataannya (Matius 23:2-3). Tentang pentingnya konsistensi antara perkataan dan perbuatan, Tuhan juga pernah memberikan peringatan melalui nabi Yesaya sebagaimana yang ada tertulis dalam Kitab Yesaya 29:13.
Tuhan Yesus menggunakan sosok anak kedua sebagai analogi bagi para pemungut cukai dan perempuan sundal. Yaitu orang-orang pemberontak yang awalnya tidak hidup seturut firman Tuhan, namun kemudian mereka menyesal dan bertobat (Baca: 2 Tawarikh 7:14; Kisah Para Rasul 26:17-18; Yehezkiel 18:21-23).
Penerapan: Menerapkan kebenaran dalam praktek hidup sehari-hari berdasarkan pemahaman
Mari kita MENGHORMATI Tuhan dengan cara mentaati firman-Nya (Ibrani 3:15-19; Efesus 5:1; Yohanes 14:21).