Minggu, 15 Februari 2015

Perumpamaan tentang dua orang anak (Matius 21:28-32)

Pengamatan: Mengamati kebenaran dengan menemukan fakta dan informasi berdasarkan ayat Alkitab
         "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini" (ay.28). Tuhan Yesus ingin minta pendapat/ingin tahu bagaimana pendapat imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi (ay.23, band. ay.31). Tuhan Yesus memberikan kesempatan kepada mereka untuk menyatakan pendapat.
         Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: "Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur." Jawab anak itu: "Baik, bapa." Tetapi ia tidak pergi (ay.28-29). Jika kita perhatikan, anak sulung mulutnya mengatakan "ya", tetapi perbuatannya berkata lain. Jelas bagi kita bahwa ketaatannya hanya sebatas ucapan bibir. Apa yang diucapkan, berbeda dengan apa yang diperbuat.
         Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: "Aku tidak mau." Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga (ay.30). Berbeda dengan yang pertama, anak kedua ini awalnya berontak (tidak taat), tetapi kemudian ia menyesal (dalam terjemahan versi King James repented, yang berarti bertobat).
         Kemudian Tuhan Yesus bertanya kepada imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi: "Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir" (ay.31a). Dalam hal ini tampak bahwa imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi masih bisa menilai dengan benar. Meresponi jawaban mereka, Tuhan Yesus lanjut berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah" (ay.31b). "Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya" (ay.32).

Pemahaman: Memahami kebenaran berdasarkan fakta yang telah diperoleh dari dalam Alkitab
         Tuhan Yesus menggunakan sosok anak sulung sebagai analogi bagi imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang di mulut sepertinya taat pada Bapa (Tuhan), namun kenyataannya perbuatan mereka tidak sejalan dengan perkataannya (Matius 23:2-3). Tentang pentingnya konsistensi antara perkataan dan perbuatan, Tuhan juga pernah memberikan peringatan melalui nabi Yesaya sebagaimana yang ada tertulis dalam Kitab Yesaya 29:13.
         Tuhan Yesus menggunakan sosok anak kedua sebagai analogi bagi para pemungut cukai dan perempuan sundal. Yaitu orang-orang pemberontak yang awalnya tidak hidup seturut firman Tuhan, namun kemudian mereka menyesal dan bertobat (Baca: 2 Tawarikh 7:14; Kisah Para Rasul 26:17-18; Yehezkiel 18:21-23).

Penerapan: Menerapkan kebenaran dalam praktek hidup sehari-hari berdasarkan pemahaman
         Mari kita MENGHORMATI Tuhan dengan cara mentaati firman-Nya (Ibrani 3:15-19; Efesus 5:1; Yohanes 14:21).

Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:1-11)

Pengamatan: Menemukan fakta-fakta dan informasi berdasarkan ayat-ayat Alkitab
         Dengan setahu isterinya Ananias menahan sebagian dari hasil penjualan tanah mereka (ay.2). Dengan otoritas ilahi rasul Petrus menegur Ananias: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus..?" (ay.3). "Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah" (ay.4). Bersamaan dengan teguran keras yang disampaikan Tuhan melalui rasul Petrus tersebut, rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya (ay.5).
         Ketika Safira (isteri Ananias) tiba di hadapannya, rasul Petrus berkata kepada perempuan tersebut: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Perempuan itu pun menjawab: "Betul sekian" (ay.8). Mendengar jawaban yang diberikan Safira, rasul Petrus pun menegurnya dengan keras: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?" (ay.9). Lalu perempuan itu pun rebah di depan kaki rasul Petrus & nyawanya putus (ay.10).

Pemahaman: Memahami kebenaran berdasarkan fakta-fakta dan informasi yang diperoleh dari Alkitab
         Ananias dan Safira sepakat untuk mencobai Roh Tuhan (ay.2,9). Kisah ini menyadarkan kita mengenai keberadaan orang-orang tertentu yang hadir dalam peribadatan bersama-sama dengan orang percaya pada umumnya, namun sesungguhnya mereka tidak sungguh-sungguh percaya/beriman kepada Tuhan, melainkan ingin mencoba/menguji Tuhan dan firmannya (baca: Yesaya 29:13; Maleakhi 3:13-15; Ibrani 3:12).
         Iblis bisa menguasai/memenuhi hati manusia (ay.3). Itu sebabnya firman Tuhan mengatakan bahwa hati harus dijaga (baca: Amsal 4:23; Markus 7:21; Ibrani 10:22).
         Pada saat mereka berdusta terhadap hamba Tuhan (rasul Petrus), Ananias dan Safira dengan tidak sadar telah berupaya untuk mendustai Roh Kudus (ay.3), mendustai Allah (ay.4), dan mencobai Roh Tuhan (ay.9).

Penerapan: Menerapkan kebenaran dalam praktek hidup sehari-hari berdasarkan pemahaman-pemahaman yang telah diperoleh
         Suami isteri boleh bersepakat, tetapi jangan salah bersepakat! Bersepakatlah dalam kebenaran (baca: Matius 18:19-20).
         Jangan beri kesempatan kepada Iblis untuk memasuki hati kita (baca: Efesus 4:27; Lukas 4:13; 1 Petrus 5:8). Sebaliknya, lawanlah Iblis dengan iman yang teguh (1 Petrus 5:9).
         Jangan berdusta, apalagi mendustai seorang hamba Tuhan (baca: Imamat 19:11-12; Yakobus 3:14; Matius 5:37; Yohanes 8:44).

Pertanyaan mengenai kuasa Yesus (Matius 21:23-27)

Pengamatan: Menemukan fakta-fakta dan informasi berdasarkan ayat-ayat Alkitab

         Tuhan Yesus masuk ke Bait Allah & mengajar, imam-imam kepala & tua-tua bangsa Yahudi (yang juga ada di Bait Allah) datang kepada-Nya, mereka bertanya tentang kuasa yang ada pada Yesus & siapa yang memberikan kuasa tersebut kepada-Nya (ay.23). Tuhan Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan mengajukan pertanyaan balik mengenai pendapat mereka tentang asal dari baptisan Yohanes (ay.24,25a).

         Pertanyaan Tuhan Yesus menimbulkan dilema di antara imam-imam kepala & tua-tua bangsa Yahudi (ay.25b,26). Menjawab jujur sesuai fakta & data bahwa baptisan Yohanes dari sorga akan mengungkapkan kemunafikan mereka. Sebaliknya, menyangkal kebenaran & mengatakan bahwa baptisan Yohanes dari manusia akan membahayakan keselamatan mereka (Lukas 20:6).

Cat.: 
Dilema, situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan/menguntungkan; situasi sulit yang membingungkan. KBBI

         Imam-imam kepala & tua-tua bangsa Yahudi berusaha menghindari masalah dengan berkata dusta (mengatakan tidak tahu hal yang sebenarnya mereka ketahui, baca: Markus 11:32; Lukas 7:29-30).
         Tuhan Yesus memutuskan untuk tidak mengatakan kepada mereka dengan kuasa mana Dia bekerja (ay.27).

Pemahaman: Memahami kebenaran berdasarkan fakta-fakta dan informasi yang diperoleh dari Alkitab

         Imam-imam kepala & tua-tua bangsa Yahudi tidak menghiraukan pengajaran Tuhan Yesus, mereka lebih peduli dengan agenda mereka sendiri (ay.23). Baca: Yohanes 8:40, mereka ingin membunuh Yesus; Yohanes 14:23,24, mereka tidak mengasihi Yesus.
         Bukannya percaya kepada Tuhan Yesus, imam-imam kepala & tua-tua bangsa Yahudi justru mempermasalahkan kuasa Tuhan Yesus & siapa yang memberikan kuasa tersebut kepada-Nya (ay.23). Mereka adalah gambaran dari orang-orang yang melihat kuasa Tuhan, tetapi tidak mengalaminya secara pribadi karena tidak percaya!
         Tuhan Yesus tidak menuruti keinginan imam-imam kepala & tua-tua bangsa Yahudi (tidak menyebutkan dengan kuasa mana Dia melakukan hal-hal itu & siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Nya). Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan berdaulat & manusia tidak dapat memanipulasi Tuhan (ay.24-27; band. Yohanes 2:24-25).

Cat.:
Manipulasi, upaya kelompok atau perseorangan untuk mempengaruhi perilaku, sikap & pendapat orang lain tanpa orang itu menyadarinya (mencurangi).

Penerapan: Menerapkan kebenaran dalam praktek hidup sehari-hari berdasarkan pemahaman-pemahaman yang telah diperoleh.

(1) Waspada untuk tidak mengesampingkan firman Tuhan. Firman Tuhan harus menjadi prioritas utama dalam hidup kita, karena mengasihi Tuhan = menuruti firman-Nya (Yohanes 14:23a).

(2) Mari mencari perkenanan Tuhan. Tuhan hanya menyatakan kebenaran-Nya kepada orang-orang yang Dia perkenan (Matius 11:25,26; Mazmur 25:14).

(3) Jangan memanipulasi Tuhan. Sebaliknya, mari kita hidup takut akan Tuhan (Amsal 13:13, band. Kejadian 7:5; Imamat 22:31).